Pada tanggal 21 Mei 1923, komunitas frater CMM pertama di Indonesia didirikan, di Padang, Sumatera Barat. Tahun ini, Provinsi Indonesia merayakan hari jadinya yang ke-100 Tahun. Ini, tentu saja, akan dirayakan dengan megah. Perayaan utama akan berlangsung di 3 komunitas: Lembata, Balige, dan Manado. Yubileum (100 tahun) Frater CMM di Indonesia secara resmi dibuka pada tanggal 21 Mei 2022. Hal ini tentu tidak bisa dilihat secara terpisah dengan para pendahulu yang terinspirasi oleh spiritualitas belas kasih dan persaudaraan ketika mereka menginjakkan kaki di bumi nusantara.
Padang
Semua berawal dari kota Padang, Sumatra Barat. Pada tanggal 21 Mei 1923, Frater Paulus Jacobs, Frater Severinus Aarts, Frater Hermenigildus Fromm, Frater Theodatus van Oers, dan Frater Claudius Kok mereka mengawali misi di Indonesia. Mereka membuka dua Sekolah Dasar: SD untuk anak-anak Eropa dan SD untuk anak-anak Tionghoa. Pengaruh para Frater CMM sangat besar, terutama dalam bidang pendidikan dan kegiatan untuk orang muda. Ada kelompok liturgi, drama, koor, musik band, tim olahraga, perpustakaan dan bahasa Inggris. Sekolah frater menerima bantuan pemerintah pada tahun 1924 dan dikenal sebagai sekolah unggul pada masa itu.
Frater CMM membuka MULO (Sekolah Menengah Pertama) pada tahun 1928 di Padang. Setelah Perang Dunia II sekolah ini dikembangkan menjadi Sekolah Menengah Atas (SMA) Don Bosco Padang. Situasi Indonesia kala itu tidaklah mudah. Sebagian besar wilayah Indonesia, termasuk kota Padang terjadi pergolakan. Kehadiran frater-frater Belanda di Padang semakin berkurang, sementara hampir tidak ada panggilan yang berasal dari anak muda pribumi. Komunitas CMM Padang dialihkan ke keuskupan pada bulan Desember 1976.
Dari Padang menuju ke Manado, Tomohon, Medan…
Sementara itu, karya Kongregasi diperluas ke wilayah lain di Indonesia. Pada tanggal 4 September 1924, Frater Ernest Adriaanse dan Frater Radulf Bax menginjakkan kaki di Manado dan Tomohon. Di Manado mereka mengambil alih sekolah China Belanda. Para frater memulai karya di Medan pada tahun 1927, dan sebagai pemimpin Sekolah China Belanda adalah Frater Hermenigild Mimpen.
… Dan selanjutnya
Secara bertahap semakin banyak komunitas didirikan ke berbagai wilayah di Indonesia dan semakin banyak anak muda bergabung. Saat ini ada sekitar 120 frater di Indonesia. Para frater tinggal dan berkarya di beberapa keuskupan antara lain Keuskupan Agung Medan, Semarang, Makassar dan Kupang serta di keuskupan Manado, Sibolga, Banjarmasin, Tanjung Selor, Amboina dan Larantuka.
Ada harapan baik bahwa Kongregasi di Indonesia akan terus berkembang sesuai dengan cita-cita pemdiri, Uskup Joannes Zwijsen. “Oleh karena itu kita turut serta dalam kegembiraan dan harapan, kesukaan dan kecemasan gereja setempat, gereja universal dan umat manusia seluruhnya” (Konstitusi I, 177).
Frater Yonas Paso CMM, Indonesia
Gambar: Lima frater pertama di Indonesia, Padang 1923.
Sebelumnya
Ke sekolah setiap hari