Di loteng Generalat, banyak barang yang disimpan bertahun-tahun, sebagian besar dari barang-barang itu berasal dari komunitas-komunitas frater yang telah tutup. Melihat renacana masa depan Gerenralat, maka para frater di Generalat memutuskan untuk membersihkan loteng yang ada. Dalam pekerjaan ini, para frater dibantu beberapa tenaga sukarela yang sangat berdedikasi dan bekerja keras untuk memilah barang-barang yang ada.
Bagi para frater sendiri tentu tidak begitu mudah untuk melepaskan barang-barang yang sudah lama menjadi bagian dari rumah tangga mereka, meski sebagian besar sudah berdebu di loteng. Lagi pula, barang-barang itu adalah bagian dari masa lalu mereka dan memiliki kenangan indah sekaligus rasa bangga dengan adanya barang-barang itu.
Warisan religius
Beberapa barang yang ada adalah warisan religius seperti tabernakel, patung, tempat lilin, dll. Banyak dari benda-benda ini telah mendapat tempat di kapel-kapel komunitas yang sudah tutup baik yang berada di Belanda maupun di negara lain. Benda-benda yang tersisa sebagiannya telah diberikan ke Pusat Warisan Religius St. Agatha dan sebagian lainnya diberikan ke gereja-gereja yang ada di negeri Belanda yang memiliki museum dan disanalah barang-barang religius peninggalan kongregasi kita akan dipajangkan.
Pasar seni dan loak
Selain barang-barang rohani, terdapat pula karya-karya seni seperti gambar, ukiran dan lukisan serta barang-barang kenangan yang didapatkan para frater dari berbagai negara misi mereka. Banyak lukisan dan gambar itu adalah karya-karya seni dari beberapa para Frater CMM. Pada tanggal 14 dan 15 Oktober, pintu Generalat di Tilburg dibuka untuk penjualan barang-barang tersebut. Banyak orang datang dan membeli barang-barang tersebuut. Hasil penjulan barang-barang ini cukup bagus dan akan disumbangkan ke misi baru para frater di negara Zambia, Afrika.
Pada sisi lain, pemasaran barang-barang ini membawa momen yang mengharukan. Misalnya, ada seorang pengunjung wanita yang pernah dilukis oleh seorang frater seniman di masa lampau. Wanita ini menemukan potret dirinya di antara gambar dan lukisan yang ada. Dia dengan sangat gembira, menemukan potret tersebut dan dapat membawanya pulang. Ada juga pengunjung yang datang terutama untuk mengungkapkan betapa bersyukurnya dia atas pendidikan yang diterimanya dari para frater. Pengungunjung ini dapat membawa pulang dengannya suatu lukisan mantan gurunya seorang frater. Katanya gambar itu merupakan sebuah kenang-kenangan yang bagus. Beberapa pengunjung juga tidak membeli apa pun, namun mereka menyumbangkan sejumlah uang untuk membantu pembangunan sekolah di Zambia.
Sekolah teknik di Kawambwa
Para frater di Generalat sangat senang dengan hasil penjualan ini, yang akan bermanfaat bagi misi baru di Kawambwa, di Zambia utara. Di sana, para frater membuka sekolah pertukangan pada awal tahun 2023, dan kini ada rencana untuk menambah pelatihan pengerjaan logam dan pemasangan bata. Kombinasi ini akan memungkinkan sekolah untuk mengambil tugas-tugas yang dapat dikerjakan oleh siswa yang lebih mahir, sehingga memungkinkan sekolah untuk mandiri di masa depan dan memungkinkan lebih banyak anak muda dari kelurga sederhana untuk menerima pendidikan yang baik.
Masa depan yang baru
Siswa angkatan pertama di Pusat Pelatihan Kejuruan St. Maria di Kawambwa, Zambia kini sedang dalam proses memperoleh diploma kejuruan. Sebagian besar dari mereka sebelumnya tidak dapat memperoleh pendidikan yang layak, misalnya karena harus membantu keluarga, menganggur atau hanya mempunyai pekerjaan dengan gaji rendah. Pelatihan kejuruan menawarkan mereka perspektif baru.
"Beberapa siswa mengungkapkan kebanggaaan mereka selama mengikuti pendidikan di sekolah itu, kata mereka: “Saya belajar bekerja sama dengan orang lain dan berbagi ide. Saya sekarang tahu cara mendirikan usaha sendiri karena disekolah juga belajar kewirausahaan. Setelah pelatihan ini, saya ingin memulai lokakarya saya sendiri dan menghidupi keluarga saya”
Kennedy, usia 26 tahun
“Saya belajar bagaimana berkomitmen di gereja dan sekolah. Saya melihat kehidupan para frater menginspirasikan atas kerja keras dan kehidupan spiritual mereka dan saya ingin menjadi salah satu dari mereka”
Felix, usia 20 tahun
“Saya ingin memanfaatkan keterampilan yang saya peroleh dan bekerja dengan orang lain, serta berbagi keterampilan yang saya peroleh di sekolah dengan orang lain. Dengan cara ini kita bisa membangun negara kita bersama”
James, usia 19 tahun
“Saya telah belajar banyak hal dan untuk saat ini - saya satu-satunya perempuan di antara laki-laki, saya telah belajar untuk fokus pada apa yang dilakukan dan tidak pernah menyerah”
Nachula, usia 19 tahun
“Selain keterampilan teknis, saya juga belajar bagaimana berkomunikasi dengan orang lain. Saya juga belajar untuk bekerja keras dan bekerja sama dengan orang lain untuk mencapai tujuan kami”
Andrew, usia 24 tahun
Selanjutnya
Selamat Natal