PERAYAAN LITURGI FRATER WIM VERSCHUREN
Kami memperingati hidup dan mati dalam perayaan liturgi pada hari Sabtu, 2 Januari pukul 10.30 pagi. Perayaan ini berlangsung secara tertutup. Anda bisa menyaksikan perayaannya di sini.
Klik pada gambar di bawah, atau klik di sini, untuk memulai video.
In memoriam frater Wim Verschuren
Tilburg – Pada hari Sabtu tanggal 26 Desember 2020, bertepatan dengan hari Natal kedua, Frater Wim Verschuren meninggal. Usianya mencapai 87 tahun dan 70 tahun sebagai anggota Kongregasi Frater Santa Perawan Maria, Bunda Yang Berbelas Kasih. Sejak tahun 1978 sampai 1990 ia menjadi Pemimpin Umum Kongregasi. Frater Wim meninggal di Rumah Sakit St. Anna, Gelddrop. Kita mengenang hidup dan kematiannya melalui doa pada hari Sabtu tanggal 2 Januari 2021, jam 10.30. Anda dapat mengikuti acara ini lewat layar livestream.
Wim lahir pada tanggal 20 Desember 1933 di Udenhout. Selama masa perang Wim mengikuti pendidikan sekolah dasar bersama Frater CMM. Para frater menaburkan benih-benih baru saat ia memasuki novisiat pada bulan Agustus 1950. Wim kemudian menjadi guru, sama seperti sebagian besar lainnya. Ia mengajar di Loon op Zand, Den Bosch dan di Institut Tunanetra, Grave. Ia mengikrarkan profesi seumur hidup pada tahun 1955. Sejak tahun 1958 ia tinggal di Tilburg untuk menjalani studi dan juga terlibat aktif dalam kegiatan kaum muda di ’Vogeltjesbuurt’, sebuah lingkungan pinggiran dan tahun 1961 ia memulai studi literatur bahasa Belanda di Universitas Nijmegen. Ia diminta untuk menjadi anggota Dewan Provinsi pada tahun 1968.
Gejolak tahun tujuh puluhan juga merupakan saat yang penting bagi Frater Wim. Banyak frater meninggalkan Kongregasi dan tidak ada panggilan baru. Banyak, termasuk Wim sendiri dihadapkan dengan pertanyaan mengapa dengan pilihan hidup mereka. Selama tahun-tahun studinya, ia melakukan kontak intensif dengan masyarakat sekitar dan ketika ia terpilih sebagai Pemimpin Umum tahun 1978, ketertarikannya pada orang dan individualistis mereka juga meningkat.
Sumber daya
Bersama dengan Frater Harrie van Geene († 19 April 2020), secara intuitif ia merasa bahwa Kongregasi Provinsi Belanda tak bisa keluar dari krisis apabila tidak memperbarui spiritualitasnya. Penemuan kembali ’belas kasih’ sebagai inti dari panggilan dan misi para frater terbukti sangat berharga. Wim merasakan bahwa ia memiliki misi untuk menjalankan: menyebarkan spiritualitas belas kasih. Sejak tahun 1978 sampai 1990, Wim memenuhi tugasnya sebagai Pemimpin Umum dan berkeliling mengunjungi Provinsi dan Regio untuk kunjungan kerja seperti Indonesia, Namibia, Brazil, Curaçao, Suriname dan Kenya.
Panggilan
Ketika masa tugasnya sebagai Pemimpin Umum berakhir pada tahun 1990, ia pindah ke komunitas Schiphollaan di Tilburg, di mana terdapat sebuah pusat spiritualitas sederhana yang didirikan untuk orang muda. Frater Wim melihat ini sebagai panggilannya untuk menghidupkan spiritualitas belas kasih dalam Gereja dan masyarakat. Kemudian ia mendirikan Gerakan Belas Kasih dan sebagai salah satu pendiri dari Zin in Werk di Vught. Ia tinggal di Komunitas Eleousa, Vught sejak tahun 2000.
Beberapa tahun terakhir Wim lebih tenang karena masalah kesehatan, namun tidak berarti bahwa ia sudah ’istirahat’. Ia diminta untuk memberi ceramah tentang belas kasih, ia menulis artikel dan senang mengadakan wawancara dengan orang-orang yang memintanya untuk mendengarkan. Selanjutnya ia tetap memperhatikan unggas-unggas di komunitas Vught, banyak bebek, angsa dan ayam, serta menikmati sebidang kebun kecil yang dipenuhi bunga potong. Bukunya ‘Berbelas Kasih’ dipublikasikan pada tahun 2017, buku berwarna dengan cakupan dan relevansi dari konsep inti Injil. Bukunya ini kemudian tersedia dalam bahasa Inggris dan Indonesia sehingga bisa diakses oleh para frater yang berada di wilayah lain. Ia sangat senang dengan ini.
Bersyukur dan kagum
Ketika Wim ditanya tentang masa terbaik dalam hidupnya sebagai frater, secara khusus ia menyebut betapa ia merasa bersyukur. Bersyukur atas apa yang ia alami dalam mengembangkan spiritualitas belas kasih dan persaudaraan, dalam pertemuan dengan yang berbeda budaya dan merealisasikan karya-karya, serta bersyukur atas persahabatan yang dialaminya. Selain bersyukur, ’kagum’ juga sebuah kata yang mewarnai hidupnya. Wim tidak menemukan hidup dan proses hidup kita sebagai yang ‘biasa’ melainkan sesuatu yang pasti mengagumkan.
Dalam menjalankan tugas kepemimpinan, Wim berperan penting untuk menemukan kembali spiritualitas kita: belas kasih dan persaudaraan. Dengan telinga yang mendengarkan, mata yang tajam dan hati yang baik, ia mencapai banyak hal dengan kata-kata hiburan dan dorongan. Semoga Allah, Sumber belas kasih, merangkul Frater Wim dalam pangkuan kasih-Nya.
Sebelumnya
ACARA KAUL KEKAL FR. JOSE DE DEUS, CMM