Jika Anda berpikir tentang rugbi, Anda mungkin membayangkannya sebagai olah raga berat dengan cara-cara kasar, tetapi sebenarnya rugbi merupakan olah raga yang netral dan teratur. Taktik dan teknik memainkan peranan penting, dan solidaritas serta rasa hormat terhadap lawan adalah nilai yang sangat penting.
Rugbi memiliki kontribusi positif terhadap para tahanan. Terutama tidak hanya mereka saja yang berpartisipasi, tetapi juga para penjaga, hal itu untuk mengurangi perasaan bosan.
Seorang mantan pemain rugbi Argentina membuka Yayasan Espartanos di Argentina pada tahun 2009. Yayasan ini menawarkan pelatihan rugbi kepada para tahanan, di bawah bimbingan para profesional yang melakukan ini sepenuhnya secara sukarela. Visi mereka adalah bahwa perdamaian dapat dipromosikan melalui olah raga seperti rugbi. Pada saat itu, inisiatif ini secara resmi diberkati oleh Kardinal Jorge Mario Bergoglio, Paus Fransiskus, Bapa Suci kita saat ini. Olah raga ini menorehkan prestasi cemerlang, dan pihak berwenang setempat juga melihat dampak positifnya dalam merehabilitasi para tahanan.
Pada awal 2019 grup dari Argentina datang ke Kenya atas nama Yayasan Espartanos untuk memperkenalkan olah raga ini di berbagai rumah tahanan di Kenya. Mereka menghubungi Nuncio Apostolik yang bertugas di Kenya saat itu, Uskup Agung Balvo, yang kemudian mempertemukan grup itu kepada Frater Linus Schoutsen CMM, koordinator dari Organisasi Fr. Grol’s Welfare Trust. Pusat perhatian dari organisasi ini adalah terarah pada pengembangan dan rehabilitasi bagi para tahanan di Kenya, dan kegiatan serta tujuan Yayasan Espartanos sesuai dengan misi ini. Frater Linus memperkenalkan grup itu dengan Rumah Tahanan Keamanan Maksimal Kamiti di Nairobi, yang menurutnya akan menjadi tempat yang baik untuk memulaikan olah raga ini.
Bersama dengan pelatih tim rugbi nasional Kenya dan beberapa pemain rugbi, pelatihan pertama diselenggarakan. Para pelatih profesional ini juga bersedia melakukan pelatihan sepenuhnya secara sukarela. Dua puluh enam tahanan dengan penuh semangat mengikuti pelatihan pertama. Sementara pelatihan reguler dan pertandingan diselenggarakan, dan Yayasan Espartanos Afrika sekarang menjadi bukti. Pada 26 April 2019, tujuh belas pemain dari Rumah Tahanan Kamiti membentuk tim Espartanos Afrika pertama. Mereka menamakan group mereka ‘Zebra Perkasa’, tampilan menarik dari pakaian lembaga pemasyarakatan klasik.
Frater Linus Schoutsen CMM (Kenya)
Foto: www.espartanosafrica.org
ESPARTANOS AFRICA PRESENTATION
Selanjutnya
“Apa yang aku inginkan dengan hidupku?”