Tangisan para penderita kusta itu seperti tangisan keluarga yang kehilangan anak perempuan dan mereka mohon pertolongan. Saya tidak bisa melakukan apapun selain mendengarkan dan berusaha mencarikan jawaban.
Tangisan pertolongan
“Abang… Abang…! Tolong bantu…! Tolong sembuhkan anak kami…!” Pagi-pagi buta seorang ibu dan kakek berlarian sambil terisak pilu datang ke Poliklinik St. Lukas di Aek Tolang. Seorang gadis kecil dibawa masuk. Sang ibu kembali ke rumah karena ia merasa juga tidak enak badan. Gadis itu mengalami dehidrasi akut. Selama dua hari ia menderita diare, muntah, dan demam. Saya tidak bisa menyelamatkannya lagi.
Saya membawa jenazahnya ke rumah kakeknya. “Frater-ku, kami tidak punya uang, tapi tolong periksa cucu saya yang lain, kalau tidak mereka akan mati seperti gadis kecil ini.” Gadis itu memiliki dua saudara laki-laki, berusia 7 dan 11 tahun. Saya bawa mereka bersama ibunya juga ke klinik. Saya menginfus mereka karena mereka juga mengalami gejala dehidrasi. Sore hari mereka sudah pulih.
Penyakit yang menyerang keluarga ini disebabkan oleh dua hal pokok: kurangnya pengetahuan tentang kebersihan atau kesehatan dan kemiskinan. “Pada umumnya orang mengalami kejadian seperti ini”, saya sadar, “dan hanya karena kurangnya informasi. Apa yang bisa saya lakukan? Tidak hanya untuk keluarga ini, tetapi juga untuk keluarga rentan lainnya?”
Saya tersentuh oleh keadaan ini dan ingin melakukan sesuatu. Dengan bantuan PERDHAKI (sebuah organisasi kesehatan) di Keuskupan Sibolga, dan bersama beberapa orang baik yang aktif di bidang kesehatan, kami membentuk sebuah tim: Tim Baksos (bakti sosial) Perdhaki Keuskupan Sibolga. Kami mengumpulkan dana, obat-obatan, alat-alat kebersihan dan tenaga.
Kami mengadakan penyuluhan kesehatan, konsultasi dan pengobatan. Sejak berdirinya yaitu pada tahun 2016, kami telah membantu banyak orang, bahkan di daerah terpencil dan ini sungguh anugerah dari Tuhan.
Selama pandemi Covid-19 saat ini, kami membagikan masker dan memberikan bubur kacang hijau – bergizitinggi dan sehat – serta telur untuk petugas kesehatan. Kami juga mendistribusi paket makanan kepada sekitar 200 keluarga yang membutuhkan. Kami terus bekerja dengan baik, bersama, dalam suka dan duka dan slogan kami adalah “Peduli dan Berbagi”.
Hal yang mendorong saya menceritakan kejadian ini adalah kisah mengenai penyembuhan sepuluh penderita kusta oleh Yesus: “Yesus, Tuhan, kasihanilah kami” (Lukas 17:13). Tangisan para penderita kusta itu seperti tangisan keluarga yang kehilangan anak perempuan dan mereka mohon pertolongan. Saya tidak bisa melakukan apapun selain mendengarkan dan berusaha mencarikan jawaban.
Frater Agustinus Farneubun CMM (Aek Tolang, Indonesia)
Sebelumnya
Frater Leo van de Weijer