Saya menjadi frater lebih dari 24 tahun dan rekan frater saya telah menjadi anggota keluarga terdekat.

Riwayat sebuah keluarga


Paul Onyango Onyisi asal Kenya, ia hidup dan berkarya di Namibia sejak tahun 2004. Sebagai pemimpin postulan ia berusaha melihat panggilan mereka dan mengajarkan prinsip utama hidup religius. Ini dilakukan sebagai bentuk katekese, namun juga dalam bentuk sharing dengan pertanyaan-pertanyaan seperti: Apa motivasiku menjadi frater religius? Apa artinya menjadi Frater CMM?

Hidup berkomunitas dalam Kongregasi religius berbeda dengan kehidupan keluarga yang mereka kenal dari rumah. Frater Paul mendampingi mereka menuju jalan yang dilalui. Sebagai titik tolak ia mengatakan “Kita lakukan bersama-sama”. “Kita memasak bersama, makan bersama, berdoa bersama dan hidup dalam sebuah komunitas.” Ini adalah dasar persaudaraan, sama seperti situasi keluarga namun berbeda.

Frater Paul mengatakan, “Saya menjadi frater lebih dari 24 tahun dan rekan frater saya telah menjadi anggota keluarga terdekat.” Ini tidak hanya dialaminya di komunitas lokal atau di regio CMM Namibia, namun riwayat kongregasi secara keseluruhan. Belum lama ini saya mengunjungi frater-frater tua di Belanda dan Belgia. Mereka menceritakan sejarah masa lampau yaitu riwayat mereka sebagai frater. Saya sangat senang mendengarnya dan menyadarkan saya: mereka adalah fraterku, jadi inilah keluarga saya!”

Paul memberikan gambaran unik tentang belas kasih. “Kita sering mengatakan, belas kasih adalah menyangkut apa yang kita lakukan, namun kenyataannya adalah sesuatu yang kita terima. Anda boleh melakukan banyak hal baik, namun yang menerima melihatnya sebagai belas kasih. Belas kasih membuat sehat, menyembuhkan penyakit, melindungi, mau mendengarkan, memberi nasehat baik atau memberi makanan bernutrisi. Kita dapat mengenal Allah melalui perbuatan-perbuatan ini dan mengalami belas kasih-Nya.”

Nathalie Bastiaansen