Yesus Saudara kita yang Berbelas kasih

Hidup kami hanya akan dimengerti ketika anda melihat siapa yang hadir di tengah-tengah kami: Yesus. Cara Yesus menghidupi kasih Allah telah menyentuh kami selamanya dan mengubah kami.

Mengenal Yesus

Hidup kami terinspirasi oleh Yesus Kristus. Dia adalah teladan dan pembimbing kami. Setiap hari kami membaca injil agar semakin mengenal dan memahami-Nya lebih baik. Dia mengajari kami untuk melihat pada Allah, manusia dan dunia. Dalam diri-Nya kami melihat kasih Allah yang nyata di dunia dan apa makna sejati dari belaskasih. Kasih Allah sungguh membawa perubahan yang nyata: orang buta melihat, orang lumpuh berjalan, orang kaya membagi hartanya dengan yang miskin. Oleh karena itu dalam diri Yesus kami melihat ukuran hidup yang sebenarnya: perkataan dan teladan-Nya menjadi pedoman selama hidup kami.

Melakukan apa yang diperbuat Yesus

Kami ingin menjadi manusia sesuai dengan apa yang dihidupi dan dipikirkan Yesus. Kami mencoba menghidupi apa yang telah dilakukan-Nya: melayani dan menerangi, berbicara kata-kata yang menyelamatkan, mengulurkan tangan untuk menolong. Di dalam injil Yesus mengajarkan bagaimana menjadi lebih manusiawi di dunia. Dia sungguh memperhatikan manusia, terutama mereka yang tidak diperhatikan orang: orang asing, orang yang dipenjarakan, orang cacat, orang sakit, orang miskin dan anak-anak. Dia memperhatikan mereka dengan sungguh, tergerak karena nasib mereka dan memberi mereka semangat.

Melihat Yesus dalam diri orang lain

Kami menyimpan dalam hati pernyataan Yesus dalam injil Matius: “Sesungguhnya aku berkata kepadamu, yang kau perbuat bagi saudara-saudariku yang paling hina ini, engkau melakukannya untuk aku.” (Matius 25, 40) Kata-kata ini mengundang kita untuk melihat Yesus dalam diri orang yang tidak kita harapkan untuk mengenal Yesus. Beginilah kami melayani orang lain: menganggap mereka sebagai Yesus sendiri. Hal inilah yang menyemangati kami dalam melakukan berbagai karya belas kasih.

Yesus, saudara sulung kita

Yesus juga mengatakan hal lain. Dia berbicara mengenai “saudara-saudariku yang paling hina ini”. Yesus menyebut manusia sebagai saudara dan saudari-Nya. Kita juga dapat menyebut diri sebagai saudara-saudari-Nya. Kita menganggap Yesus sebagai saudara sulung kita, sebagai seorang saudara yang sungguh berbelas kasih. Dia menghubungkan kita dengan orang lain, di setiap waktu dan tempat. Dengan demikian kita merasa kerasan dalam persaudaraan yang luas. Ini memberikan dimensi yang mendalam pada panggilan kami sebagai sebuah kelompok persaudaraan. Hal ini mengundang kami untuk mau sungguh menjadi saudara di dalam dunia ini. Melalui hidup dan karya, kami ingin mewujudkan pola pikir dan cara hidup Yesus. Sesungguhnya kami percaya bahwa Yesus sendiri hadir dalam karya yang kami lakukan dan di dalam diri orang yang kami jumpai.